Sejak Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merebak, salah satu sektor yang sangat terdampak adalah industri pariwisata, termasuk desa wisata. Akibatnya banyak pelaku desa wisata yang menutup kegiatan wisatanya. Hal tersebut dilakukan untuk berjaga dari ancaman kesehatan masyarakat. Akibatnya, mungkin akan ada banyak masyarakat di desa yang akan kehilangan sebagian sumber ekonominya.
Kenapa sebagian, sebab pada dasarnya desa wisata merupakan kegiatan wisata ekplorasi aktivitas masyarakat (sosial, budaya, ekonomi, alam). Artinya, sebelum ada kegiatan wisata, masyarakat sudah memiliki aktivitas ekonomi, seperti pertanian, perkebunan atau peternakan, produk kerajinan. Secara ekonomi, desa wisata sebagai usaha menaikkan nilai tambah dari local resources yang ada masih memiliki keunggulan dibanding industri wisata lainnya.
Studi yang dilakukan Desa Wisata Institute menunjukkan 89,6 persen masyarakat desa wisata masih memiliki pekerjaan. Misalnya dengan bertani, produk kerajinan atau pekerjaan di sektor swasta. Sedangkan yang benar-benar terdampak dan kehilangan pekerjaan sebesar 11,3 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa karakter kemandirian sudah dimiliki masyarakat di desa wisata. Hanya saja, kondisi tersebut bukan berarti menjadikan pemerintah desa bersama masyarakat harus berdiam diri dan pasrah. Tetapi diperlukan upaya-upaya strategis agar ekonomi masyatarakat bisa bangkit dan memberikan kesejahteraan.
Oleh karena itu, kondisi Covid-19 yang masih belum menentu bukan menjadi alasan mengendorkan semangat dalam membangun desa melalui wisata. Akan tetapi bisa menjadi arus balik desa wisata untuk megistirahatkan destinasi, khususnya yang berbasis alam. Serta, menjadikan kondisi ini sebagai momentum untuk melakukann perbaikan fasilitas, peningkatan pelayanan, keterampilan, melakukan inovasi, serta mempersiapkan strategi pasca berakhirnya pandami. Diantara upaya strategis yang dapat dilakukan adalah memperkuat produk unggulan desa, dan literasi digital.
Memperkuat Produk Unggulan Desa
Sebagai produk unggulan desa, keberadaan desa wisata mampu memberikan multi efek bagi masyakat. Diantaranya adalah terserapnya produk unggulan desa lainnya sebagai sumber ekonomi masyarakat, seperti produk kerajinan, produk olahan pangan dan lain sebagainya. Oleh karenanya, sebagai bagian dari kelompok 89,6 persen yang tidak terlalu terdampak akibat penutupan desa wisata perlu mendapatkan perhatian lebih.
Sebagai sektor pembangun karakter kemandirian desa, bukan berarti kelompok unggulan ini terlupakan oleh keberadaan desa wisata. Apalagi masa pandemi yang mengharuskan masyarakat menghindari keramaian. Padahal, keramaian adalah salah satu indikator kegiatan wisata. Untuk itulah, kelompok ini harus bisa menjadi keunggulan agar gelihat ekonomi di desa tetap berjalan dan memberikan kesejahteraan.
Membangun infrastruktur penunjuang ekonomi produk unggulan desa, serta pemanfaatan sumber daya manusia utamanya pemuda-pemudi yang sudah melek teknologi guna memperluas pemasaran produk adalah upaya yang bisa dilakukan. Upaya tersebut bisa terwujud melalui fasilitasi jaringan internet desa. Pemanfaatan pamasaran online desa wisata untuk lebih mempromosikan produk unggulan lainnya. Serta, pemanfaatan BUMDesa sebagai lembaga ekonomi untuk memberikan pendampingan atau permodalan.
Literasi Digital
Perkembangan teknologi serta pendami telah banyak merubah pola kehidupan masyarakat. Diantaranya adalah penggunaan teknologi informasi yang terus mengalami kenaikan. Artinya, kehidupan masyarakat lebih banyak ditunjang secara online. Oleh karena itu, masyarakat desa wisata harus bisa mengikuti perkembangan tersebut dengan cara pemafaatan teknologi digital.
Di masa pandemi, pemanfaatan teknologi digital harus menjadi arus utama dalam pemasaran produk unggulan desa. Jika selama ini model promosi masih bersifat visual seperti tulisan atau gambar, maka di era pandemi harus dikembangkan. Pengembangan model promosi dapat dilakukan dengan melalui vidio atau bahkan ke arah tourism virtual reality. Selain itu, pengembangan pemanfaatan teknologi juga harus mampu menjadi produk wisata seperti virtual tour, bukan lagi hanya sebagai unit promosi wisata. Melalui produk virtual tour, diharapkan wisatawan tetap bisa menikmati wisata bersama tour guide meskipun secara online.